Study kasus 1
Industri perdagangan eceran (ritel) merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dapat terus berkembang. Namun persaingan dalam industri ini sangat ketat karena perusahaan regional seperti Koperasi Warung Jembatan Kesejahteraan (Koperasi JK) harus menghadapi perusahaan ritel nasional dan perusahaan ritel asing yang telah berpengalaman.bagaimana cara penyelesaian kasus seperti ini?
Penyelesaian kasus 1
Agar dapat bersaing dalam situasi tersebut Koperasi JK harus memiliki perencanaan strategis yang baik. Untuk dapat menjalankan strategi tersebut, harus pula dibuat perencanaan strategis sistem informasi atau teknologi informasi yang mendukung rencana dan pengembangan bisnis organisasi. Model Perencanaan Strategis tersebut akan memberikan gambaran kepada organisasi Koperasi JK mengenai sistem atau aplikasi yang sedang berjalan sekarang,langkah-langkah dan prioritas pengembangan sistem informasi untuk mendukung strategi bisnis, dan rencana implementasi strategi sistem informasi organisasi. Sehingga Koperasi JK dapat bersaing dengan perusahaan ritel nasional maupun ritel asing.
Study kasus 2
Koperasi (serta UKM) dalam menentukan output tidak didahului riset perihal sumber daya dan permintaan potensial (potential demand) daerah tempat usahanya. Sehingga, dalam banyak kasus, output koperasi (dan UKM) tidak memiliki keunggulan komparatif sehingga sulit untuk dipasarkan.
Dalam hal ini Koperasi mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnisnya. Output yang dihasilkannya tidak memiliki jalur distribusi yang established, serta tidak memiliki kemampuan untuk memasarkan dan melakukan promosi. Sehingga, produknya tidak mampu untuk meraih pangsa pasar yang cukup untuk dapat tetap eksis menjalankan kegiatan usahanya.
Penyelesaian kasus 2
Dalam hal ini Peranan pemerintah sangat diperlukan, untuk menyediakan sarana distribusi yang memadai. Sarana yang dibentuk pemerintah itu, sekali lagi, tetap harus dalam pemahaman koperasi sebagai gerakan rakyat, sehingga jangan melakukan upaya-upaya “pengharusan” bagi koperasi untuk memakan sarana bentukan pemerintah itu. Dalam aspek bisnis koperasi, karena keterbatasan input modal, sulit untuk melakukan pemasaran (marketing) dan promosi (promotion). Pemerintah melanjutkannya dengan memperkenalkan produk-produk yang menjadi unggulan dari daerah itu. Dengan demikian, output koperasi dapat dikenal dan permintaan potensial (potential demand) dapat menjadi permintaan efektif (effective demand).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar